Rabu, 12 Januari 2011

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KARYAWISATA DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMP 2 KEDIRI


IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KARYAWISATA DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMP 2 KEDIRI
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Belajar adalah istilah kunci (key term) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) ditengah-tengah persaingan yang ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang terlebih dahulu maju karena belajar.[1]
Menghadapi era globalisasi sekarang ini, diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan ini terlebih dahulu dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan nasional pada umumnya dan peningkatan metode belajar pada khususnya.
Suhardjono mengungkapkan bahwa metode karya wisata (field-trip) memiliki keuntungan: (a) Memberikan informasi teknis, kepada peserta secara langsung, (b) Memberikan kesempatan untuk melihat kegiatan dan praktik dalam kenyataan atau pelaksanaan yang sebenarnya, (c) Memberikan kesempatan untuk lebih menghayati apa yang dipelajari sehingga lebih berhasil, (d) membei kesempatan kepada peserta untuk melihat dimana peserta ditunjukkan kepada perkembangan teknologi mutakhir.[2]
Sedangkan kekurangan metode Field Trip menurut Suhardjono adalah: (a) Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan, (b) Kadang-kadang sulit untuk mendapat ijin dari pimpinan kerja atau kantor yang akan dikunjungi, (c) Biaya transportasi dan akomodasi mahal.[3] Menurut Djamarah , pada saat belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya.[4] Karena itu, dikatakan teknik karya wisata, yang merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian. Banyak istilah yang dipergunakan pada metode karya wisata ini, seperti widya wisata, study tour, dan sebagainya. Karya wisata ada yang dalam waktu singkat, dan ada pula yang dalam waktu beberapa hari atau waktu panjang. Metode karya wisata mempunyai beberapa kelebihan yaitu: (a) Karya wisata memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran, (b) Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di masyarakat, (c) Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas siswa, (d) Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.Kekurangan metode karya wisata adalah: (a) Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang diperlukan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah, (b) Sangat memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang, (c) memerlukan koordinasi dengan guru-guru bidang studi lain agar tidak terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karya wisata, (d) dalam karya wisata sering unsure rekreasi menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama, sedang unsure studinya menjadi terabaikan, (e) Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi permasalahan.
Dalam dunia pendidikan, pentingnya sebuah metode yang tepat untuk digunakan merupakan factor yang sangat penting dalam sebuah proses pebelajaran seperti halnya metode karyawisata tersebut, metode ini cukup berpotensi untuk di terapkan karena metode ini merupakan metode yang sangat menarik dan siswa pun pastinya akan sangat antusias untuk belajar, dan metrode karyawisata bisa meningkatkan motivasi siswa.
Metode field trip atau karya wisata menurut Mulyasa merupakan suatu perjalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah.[5] Meskipun karya wisata memiliki banyak hal yang bersifat non akademis, tujuan umum pendidikan dapat segera dicapai, terutama berkaitan dengan pengembangan wawasan pengalaman tentang dunia luar. Sebelum karya wisata digunakan dan dikembangkan sebagai metode pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Mulyasa adalah: (a) Menentukan sumber-sumber masyarakat sebagai sumber belajar mengajar, (b) Mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program sekolah, (c) Menganalisis sumber belajar berdasarkan nilai-nilai paedagogis, (d) Menghubungkan sumber belajar dengan kurikulum, apakah sumber-sumber belajar dalam karyawisata menunjang dan sesuai dengan tuntutan kurikulum, jika ya, karya wisata dapat dilaksanakan, (e) membuat dan mengembangkan program karya wisata secara logis, dan sistematis, (f) Melaksanakan karya wisata sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, efek pembelajaran, serta iklim yang kondusif. (g) Menganalisis apakah tujuan karya wisata telah tercapai atau tidak, apakah terdapat kesulitan-kesulitan perjalanan atau kunjungan, memberikan surat ucapan terima kasih kepada mereka yang telah membantu, membuat laporan karyawisata dan catatan untuk bahan karya wisata yang akan datang.[6]
Berdasarkan deskripsi di atas, ‘karyawisata’ dapat dirumuskan sebagai sebuah pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa dan disini tingkat motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran akan lebih meningkat. Selain itu. Rasa ingin tahu siswa akan sangat tinggi, karena siswa dihadapkan langsung kepada kenyataan.
Banyak pakar yang merumuskan definisi 'motivasi' sesuai dengan kajian yang diperdalamnya. Rumusannya beraneka ragam, sesuai dengan sudut pandang dan kajian perspektif bidang telaahnya. Namun demikian, ragam definisi tersebut memiliki ciri dan kesamaan. Di bawah ini dideskripsikan beberapa kutipan pengertian 'motivasi'.
Michel J. Jucius menyebutkan 'motivasi' sebagai "kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki".[7]
Menurut Dadi Permadi 'motivasi' adalah "dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, baik yang positif maupun yang negatif".
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto , apa saja yang diperbuat manusia, yang penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya. Ini berarti, apa pun tindakan yang dilakukan seseorang selalu ada motif tertentu sebagai dorongan ia melakukan tindakannya itu. Jadi, setiap kegiatan yang dilakukan individu selalu ada motivasinya.
Nasution , membedakan antara 'motif' dan 'motivasi'. Motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi, sehingga orang itu mau atau ingin melakukannya.
Berdasarkan deskripsi di atas, 'motivasi' dapat dirumuskan sebagai sesuatu kekuatan atau energi yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk beraktivitas. Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi dua: (1) motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada seseorang; dan (2) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas-sekolah, adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman (punishment) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi).
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pembelajaran dalam meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas VII SMP ?




B.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini antara lain:
1. Untuk mengetahui Implementasi tingkat pembelajaran siswa dengan menggunakan metode karyawisata pada siswa kelas VII SMP.
2. Untuk mengetahui Implementasi pembelajaran dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII SMP.
     C.  Manfaat Penulisan
            1.  Manfaat Teoritis
a. Bagi ahli pendidikan, sebagai bahan referensi pada dunia pendidikan mengenai implementasi pembelajaran dengan menggunakan metode karyawisata.
b.  Sebagai referensi tambahan bagi peneliti berikutnya yang akan meneliti tentang pembelajran dengan menggunakan karyawisata untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
            2.  Manfaat Praktis
Diharapkan penulisan ini dapat dimanfaatkan oleh para pendidik (guru) dan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan di lembaga pendidikan untuk merumuskan kebijakan yang menyangkut upaya pembelajaran dengan menggunakan metode karyawisata dan peningkatan motivasi belajar siswa SMP pada khususnya dan kualitas pendidikan pada umumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Metode Karyawisata
Karyawisata dapat dibilang sebagai kegiatan perjalanan atau kunjungan lapangan adalah
suatu perjalanan oleh sekelompok orang ke tempat yang jauh dari lingkungan normal.
Tujuan perjalanan biasanya pengamatan untuk pendidikan, non-eksperimental penelitian atau untuk memberikan pengalaman siswa di luar kegiatan sehari-hari mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati subjek dalam keadaan alami dan mungkin mengumpulkan sampel. Dalam budaya Barat orang pertama menemukan metode ini selama bertahun-tahun sekolah ketika kelas sekolah diambil pada perjalanan untuk mengunjungi geologis atau geografis fitur lanskap, misalnya. Sebagian besar penelitian awal ke dalam ilmu-ilmu alam adalah formulir ini. Charles Darwin merupakan contoh penting dari seseorang yang telah berkontribusi untuk ilmu pengetahuan melalui penggunaan field trip. Untuk mengurangi resiko dan pengeluaran tersebut, sebagian besar sistem sekolah sekararng memiliki prosedur kunjungan resmi yang menganggap seluruh perjalanan dari estimasi, persetujuan dan penjadwalan melalui perencanaan perjalanan yang sebenarnya dan pasca-kegiatan perjalanan
Menurut roestiyah karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.

Menurut checep metode karyawisata atau widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat merangsang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi karyawisata memerlukan waktu yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan persiapan yang tidak sebentar.
Menurut mulyasa metode field trip atau karya wisata merupakan suatu perjalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Meskipun karya wisata memiliki banyak hal yang bersifat non akademis, tujuan umum pendidikan dapat segera dicapai, terutama berkaitan dengan pengembangan wawasan pengalaman tentang dunia luar.
Menurut djamarah teknik karya wisata, yang merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian. Banyak istilah yang dipergunakan pada metode karya wisata ini, seperti widya wisata, study tour, dan sebagainya. Karya wisata ada yang dalam waktu singkat, dan ada pula yang dalam waktu beberapa hari atau waktu panjang.
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan. Banyak istilah yang dipergunakan pada metode karya wisata ini, seperti widya wisata, study tour, dan sebagainya.
Metode karya wisata dalam waktu pelaksanaanya ada yang dalam waktu singkat, dan ada
pula yang dalam waktu beberapa hari atau waktu panjang.
Contohnya seperti karyawisata ke museum terdekat yang ada di kota itu sendiri yang hanya memerlukan waktu yang singkat. Sedangkan karya wisata yang pelaksanaanya dalam waktu yang panjang seperti karyawisata keluar provinsi, kabupaten, atau kota lain.
Sebagai manajer kelas, guru dituntut menggunakan berbagai metode dalam menjalankan pembelajaran. penggunaan ragam metode pembelajaran memungkinkan guru membawa siswa pada suasana belajar yang sesungguhnya dan tidak hanya membawa siswa ke dalam ''suasana diajar belaka''.
Karya wisata mengandung muatan belajar-mengajar, tidak sekadar keluar kelas untuk bersenang-
senang.Bila kita cermati, hampir seluruh sekolah, mulai tingkat dasar sampai pendidikan tinggi,
memasukkan karya wisata sebagai salah satu kegiatan tahunan. Program tahunan itu sangat disukai siswa dan guru. Sebab, mereka bisa sejenak terbebas dari kegiatan rutin belajar-mengajar yang kadang membosankan.
Namun, terkadang karya wisata hanya jadi wadah untuk bersenang-senang, belanja, menikmati hal-hal baru, dan hal-hal lain di luar konteks belajar-mengajar. Berdasar pengamatan penulis selama menjadi siswa dan guru, karya wisata yang dilaksanakan sekolah belum mencerminkan penerapan metode pembelajaran karya wisata yang efektif.
Saat pelaksanaan karya wisata, guru maupun siswa hanya berperan sebagai pelaku perjalanan wisata (turis). Dengan biaya yang biasanya tidak murah, seharusnya guru bisa memanfaatkan karya wisata sebagai media pembelajaran, berkaitan dengan objek yang dikunjungi selama karya wisata.
Untuk mengoptimalkan karya wisata, guru seharusnya merancang apa saja yang mesti dilakukan sebelum, selama, dan setelah karya wisata. Optimalisasi karya wisata tersebut mungkin terkesan serius dan kaku. Karena itu, guru diharapkan tetap memberi kesempatan kepada siswa untuk merasakan kegiatan wisata, yaitu bersenang-senang.
B. Tujuan Metode Karyawisata
1. Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman
langsung dari obyek yang dilihatnya.
2. dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun pengetahuan umum.
3. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.
C. Langkah-Langkah Dalam Metode Karyawisata
Dengan metode karyawisata, guru mengajak siswa ke suatu tempat (objek) tertentu untuk mempelajari sesuatu dalam rangka suatu pelajaran di sekolah. Berbeda dengan darmawisata, di sini para siswa sekedar pergi ke suatu tempat untuk rekreasi. Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk membantu mereka memahami kehidupan ril dalam lingkungan beserta segala masalahnya . Misalnya, siswa diajak ke museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat yang mengandung nilai sejarah/kebudayaan tertentu.
Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu
memeperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Persiapan
Dalam merencanakan tujuan karyawisata, guru perlu menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik, menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya, penyusunan rencana yang masak, membagi tugas-tugas, mempersiapkan sarana, pembagian siswa dalam kelompok, serta mengirim utusanUntuk menetapkan tujuan ini ditunjuk suatu panitia dibawah bimbingan guru, untuk mengadakan survei ke obyek yang dituju.
Dalam kunjungan pendahuluan ini sudah harus diperoleh data tentang objek antara lain tentang lokasi, aspek-aspek yang dipelajari, jalan yang ditempuh, penginapan, makan dan biaya transportasi, bila objek yang dituju jauh. dimana.
2. Perencanaan
Hasil kunjungan pendahuluan (survei) dibicarakan bersama dalam rangka menyusun perencanaan yang meliputi: tujuan karyawisata, pembagian objek sesuai dengan tujuan,jenis objek sesuai dengan tujuan, jenis objek serta jumlah siswa.
a. Dibentuk panitia secara lengkap, termasuk ketua tiap kelompok/seksi.
b.Menentukan metode mengumpulkan data, mungkin berwujud wawancara,
pengamatan langsung, dokumentasi.
c. Penyusunan acara selama karyawisata berlangsung.
Kepada para siswa harus ditanamkan disiplin dalam mentaati jadwal yang telah
direncanakan sehingga pelaksanaan berjalan lancar sesuai dengan rencana.
d. Mengurus perizinan.
e. Menentukan biaya, penginapan, konsumsi serta peralatan yang diperlukan.
3. Pelaksanaan
Siswa melaksanakan tugas sesuai dengan pembagian yang telah ditetapkan dalam rencana kunjungan, sedangkan guru mengawasi, membimbing, bila perlu menegur sekiranya ada siswa yang kurang mentaati tata tertib sesuai acara. Pemimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggung jawabnya, serta memberi petunjuk bila perlu.
4. Pembuatan laporan
Akhir karya wisata, pada waktu itu siswa mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil karya wisata, menyusun laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang diperoleh, menindak lanjuti hasil kegiatan karya wisata seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram, serta alat-alat lain dan sebagainya. Hasil yang diperoleh dan kegiatan karyawisata ditulis dalam bentuk laporan yang formatnya telah disepakati bersama.
D. Kelebihan Metode Karyawisata
metode karyawisata memiliki beberapa kelebihan di dalam pelaksanaanya yaitu seperti:
a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan
nyata dalam pengajaran.
b. Siswa dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada obyek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh disekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan mereka.
c. Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka.
d. dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam praktek.
e. Dengan obyek yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan
dan pengalaman yang terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.
f. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan
kebutuhan yang ada di masyarakat.
g. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.
E. Kekurangan Metode Karyawisata
Walaupun banyak memiliki kelebihan tetapi di dalam metode karyawisata juga memiliki
beberapa kekuranganya seperti:
a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama,
sedangkan unsur studinya terabaikan.
d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di
lapangan.
e. Biayanya cukup mahal.
f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan
keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
g. Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan.
h. Kadang-kadang sulit untuk mendapat ijin dari pimpinan kerja atau kantor yang akan
dikunjungi
1) Suhardjono
Suhardjono mengungkapkan bahwa metode karya wisata (field-trip) memiliki
keuntungan:
a) Memberikan informasi teknis, kepada peserta secara langsung.
b) Memberikan kesempatan untuk melihat kegiatan dan praktik dalam kenyataan
atau pelaksanaan yang sebenarnya.
c) Memberikan kesempatan untuk lebih menghayati apa yang dipelajari sehingga
lebih berhasil,
d) membei kesempatan kepada peserta untuk melihat dimana peserta ditunjukkan
kepada perkembangan teknologi mutakhir.
Sedangkan kekurangan metode Field Trip menurut Suhardjono adalah:
a) Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan.
b) Kadang-kadang sulit untuk mendapat ijin dari pimpinan kerja atau kantor
yang akan dikunjungi.
c) Biaya transportasi dan akomodasi mahal.
2) Djamarah.
Metode karya wisata mempunyai beberapa kelebihan yaitu:
a) Karya wisata memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan
lingkungan nyata dalam pengajaran.
b) Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan
kebutuhan di masyarakat.
c) Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas siswa.
d)  Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.
Kekurangan metode karya wisata adalah:
a) Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang diperlukan sulit untuk disediakan oleh
siswa atau sekolah.
b) Sangat memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang.
c) memerlukan koordinasi dengan guru-guru bidang studi lain agar tidak terjadi
tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karya wisata.
d) dalam karya wisata sering unsure rekreasi menjadi lebih prioritas daripada tujuan
utama, sedang unsure studinya menjadi terabaikan.
e) Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan mengarahkan mereka
kepada kegiatan studi yang menjadi permasalahan.
3) Roestiyah
teknik karya wisata memiliki keunggulan sebagai berikut:
a) Siswa dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada obyek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh disekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan mereka.
b) Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka.
c) dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam praktek.
d) Dengan obyek yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh bermacam- macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.

Penggunaan teknik karya wisata ini masih juga ada keterbatasan yang perlu diperhatikan atau diatasi agar pelaksanaan teknik ini dapat berhasil guna dan berdaya guna, ialah sebagai berikut: Karya wisata biasanya dilakukan di luar sekolah, sehingga mungkin jarak tempat
itu sangat jauh di luar sekolah, maka perlu mempergunakan transportasi, dan hal itu pasti memerlukan biaya yang besar. Juga pasti menggunakan waktu yang lebih panjang daripada jam sekolah, maka jangan sampai mengganggu kelancaran rencana pelajaran yang lain. Biaya yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka perlu bantuan dari sekolah. Bila tempatnya jauh, maka guru perlu memikirkan segi keamanan, kemampuan pihak siswa untuk menempuh jarak tersebut, perlu dijelaskan adanya aturan yang berlaku khusus di proyek ataupun hal-hal yang berbahaya
F. Pengertian Motivasi
Banyak pakar yang merumuskan definisi 'motivasi' sesuai dengan kajian yang diperdalamnya. Rumusannya beraneka ragam, sesuai dengan sudut pandang dan kajian perspektif bidang telaahnya. Namun demikian, ragam definisi tersebut memiliki ciri dan kesamaan. Di bawah ini dideskripsikan beberapa kutipan pengertian 'motivasi'.
Michel J. Jucius menyebutkan 'motivasi' sebagai "kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki".
Menurut Dadi Permadi  'motivasi' adalah "dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, baik yang positif maupun yang negatif".
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto , apa saja yang diperbuat manusia, yang penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya. Ini berarti, apa pun tindakan yang dilakukan seseorang selalu ada motif tertentu sebagai dorongan ia melakukan tindakannya itu. Jadi, setiap kegiatan yang dilakukan individu selalu ada motivasinya.
Lantas, Nasution, membedakan antara 'motif' dan 'motivasi'. Motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi, sehingga orang itu mau atau ingin melakukannya.
Berdasarkan deskripsi di atas, 'motivasi' dapat dirumuskan sebagai sesuatu kekuatan atau energi yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk beraktivitas.
Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi dua: (1) motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada seseorang; dan (2) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas-sekolah, adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman (punishment) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi)
G. Pengertian Belajar
Banyak definisi yang diberikan tentang 'belajar'. Misalnya Gage (1984), mengartikan 'belajar' sebagai suatu proses di mana organisma berubah perilakunya.
Cronbach mendefinisikan belajar: "learning is shown by a change in behavior as a result of experience" (belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu sebagai hasil pengalamannya). Harold Spears mengatakan bahwa: learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction" (belajar adalah untuk mengamati, membaca, meniru, mencoba sendiri sesuatu, mendengarkan, mengikuti arahan). Adapun Geoch, menegaskan bahwa: "learning is a change in performance as result of practice." (belajar adalah suatu perubahan di dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik).
Kemudian, menurut Ratna Willis Dahar, "belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman". Paling sedikit ada lima macam perilaku perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar:
Pertama, pada tingkat emosional yang paling primitif, terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi. Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memeroleh kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi. Bentuk semacam ini disebut responden, dan menolong kita untuk memahami bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-bidang studi.
Kedua, belajar kontiguitas, yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu, dan hal ini banyak kali kita alami. Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat menyebabkan belajar dari 'drill' dan belajar stereotipe-stereotipe.
Ketiga, kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangan itu. Belajar semacam ini disebut belajar operant.
Keempat, pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-kejadian. Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar observasional.
Kelima, belajar kognitif terjadi dalam kepala kita, bila kita melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita, dan dengan insight, belajar menyelami pengertian.
Akhirnya, Depdiknas mendefinisikan 'belajar' sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya.[8]
Dengan kata lain, partisipasi guru harus selalu menempatkan pembangunan pemahaman itu adalah tanggung jawab siswa itu sendiri, bukan guru. Misal, bila siswa bertanya tentang sesuatu, maka pertanyaan itu harus selalu dikembalikan dulu kepada siswa itu atau siswa lain, sebelum guru memberikan bantuan untuk menjawabnya. Seorang siswa bertanya, "Pak/Bu, apakah tumbuhan punya perasaan?" Guru yang baik akan mengajukan balik pertanyaan itu kepada siswa lain sampai tidak ada seorang pun siswa dapat menjawabnya. Guru kemudian berkata, "Saya sendiri tidak tahu, tetapi bagaimana jika kita melakukan percobaan?".
Jadi, berdasarkan deskripsi di atas, 'belajar' dapat dirumuskan sebagai proses siswa membangun gagasan/pemahaman sendiri untuk berbuat, berpikir, berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru; baik melalui pengalaman mental, pengalaman fisik, maupun pengalaman sosial.
H. Pentingnya Motivasi Belajar Siswa
Dalam kegiatan pembelajaran, 'perhatian' berperan amat penting sebagai langkah awal yang akan memacu aktivitas-aktivitas berikutnya. Dengan 'perhatian', seseorang berupaya memusatkan pikiran, perasaan emosional atau segi fisik dan unsur psikisnya kepada sesuatu yang menjadi tumpuan perhatiannya.
Gage dan Berliner mengungkapkan, tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Jadi, seseorang siswa yang menaruh minat terhadap materi pelajaran, biasanya perhatiannya akan lebih intensif dan kemudian timbul motivasi dalam dirinya untuk mempelajari materi pelajaran tersebut.
Di sini, motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha seseorang (siswa) untuk menyediakan segala daya (kondisi-kondisi) untuk belajar sehingga ia mau atau ingin melakukan proses pembelajaran.
Dengan demikian, motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri (motivasi intrinsik/motivasi internal) dan/atau berasal dari luar diri pribadi siswa (motivasi ekstrinsik/motivasi eksternal). Kedua jenis motivasi ini jalin-menjalin atau kait mengait menjadi satu membentuk satu sistem motivasi yang menggerakkan siswa untuk belajar.

Jelaslah sudah pentingnya motivasi belajar bagi siswa. Ibarat seseorang menjalani hidup dan kehidupannya, tanpa dilandasi motivasi maka hanya kehampaanlah yang diterimanya dari hari ke hari. Tapi dengan adanya motivasi yang tumbuh kuat dalam diri seseorang maka hal itu akan merupakan modal penggerak utama dalam melakoni dunia ini hingga nyawa seseorang berhenti berdetak. Begitu pula dengan siswa, selama ia menjadi pembelajar selama itu pula membutuhkan motivasi belajar guna keberhasilan proses pembelajarannya.













BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Populasi
Populasi adalah keseluruhan individu yang diteliti melalui sampel yang diambil dari populasi, kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian tersebut akan dikenakan pada populasi.[9]
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII, SMP Negeri 2 kediri tahun pelajaran 2011, Hal ini dilakukan dengan pertimbangan, bahwa siswa kelas VII yang terlibat dalam kegiatan karyawisata ini.
B.     Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, jika subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.[10]
Dalam pengambilan data sampel harus representatif dalam arti segala karakteristik dari populasi hendaknya tercermin pula dalam sampel yang diambil, hal ini bertujuan agar kesimpulan yang akan diambil dari sampel tersebut juga merupakan kesimpulan dari populasi.[11]
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 20% dari jumlah populasi secara seimbang sesuai dengan jumlah populasi yang ada ditiaptiap kelas.
C.    Variabel Penelitian
kata “Variabel” berasal dari bahasa inggris “Variable” dengan arti “Ubahan” , “faktor tidak tetap” , atau “ gejala yang dapat diubah-ubah”[12]. Variabel dapat didefunisikan sebagai obyrk penelitian yang mempunyai pariasi. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yakni :
1.      Variabel penggunaan metode karya wisata, Variabel ini sebagai variabel independen (bebas), yakni variabel yang memberi pengaruh terhadap variabel terkait  (variabel dependent) yang diberi simbol dengan huruf X.
2.      Variabel meningkatkan motivasi belajar siswa. Variabel ini menduduki sebagai variabel dependent (terikat), yakni variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (variabel independent) yang diberi simbol dengan huruf Y.
      D.   Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah.
1. Metode Observasi
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun sesuai item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.[13] Metode
ini digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam kegiatan karyawisata.
2. Metode Kuisioner atau Angket
Untuk memperoleh sejumlah data tertulis dalam waktu yang relatif singkat. Maka disebarkan angket kepada siswa/siswi SMP 2 kediri. yang menjadi objek penelitian. Angket yang disebarkan kepada responden terdiri dari 20 item pertanyaan, yang terbagi dalam dua bagian. Bagian pertama berisi 10 pertanyaan yakni no. 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 untuk memperoleh data tentang efektifitas dan efesiensi pelaksanaan metode karya wisata dalam bidang studi agama Islam. Bagian kedua berisi 10 pertanyaan yakni no. 11,12,13,14,15,16,17,18,19,20 untuk mengukur motivasi belajar siswa.

4. Metode Wawancara
            Wawancara merupakan alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Dalam wawancara selalu ada dua pihak yaitu pihak pencari informasi dan pihak pemberi informasi. Pada penelitian ini penulis melakukan wawancara kepada guru untuk megetahui sejauh mana penggunaan metode karya wisata dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP 2 kediri.

F.  Teknik Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Untuk memperoleh data dari hasil penelitian yang dilakukan sekaligus menjawab permasalahan di atas, maka teknik pengolahan data yang dipandang tepat untuk mencapai tujuan penelitian adalah teknik deskriptif analisis yaitu data yang terkait dengan topik dihimpun, kemudian dianalisis dan dipaparkan dalam bentuk deskripsi.
2. Teknik Analisa Data
Setelah mendapat data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Menganalisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya oleh orang yang meneliti, tapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, penulis melakukan langkahlangkah sebagai berikut:
1. Editing
Dalam menganalisis data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing. Pada tahap ini dilakukan pengecekan terhadap pengisian angket. Setiap angket harus diteliti satu persatu mengenai kelengkapan, kejelasan, dan kebenaran pengisian angket tersebut agar terhindar dari kekeliruan, kesalahan dalam mendapatkan informasi, sehingga dapat diperoleh data yang akurat.
2. Skoring
Skoring merupakan tahap pemberian skor terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam angket. Setiap pertanyaan dalam angket terdapat empat alternatif jawaban, A, B, C, dan D yang harus dipilih oleh responden. Kriteria penyekoran butir pertanyaan untuk data Penggunaan Metode Karya Wisata Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel
Kriteria Penyekoran Instrumen Data Penggunaan Metode Karya Wisata

no item pertanyaan

Alternetif jawaban



A
B
C
D
1
4
3
2
1

Tabel
Kriteria Penyekoran Instrumen Data Motivasi Belajar Siswa

No item pertayaan

Alternatif jawaban



A
B
C
D
1
4
3
2
1














BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.    Gambaran umum SMP 2 kediri

sekolah menengah pertama (SMP) 2 kediri telah berdiri lama dalam rangka mengantisifasi masa depat yg tidak menentu kita harus menyiapkan diri untuk apa yang akan terjadi , sehingga kita tidak akan mudah terombang-ambing oleh keadaan yang cepat berubah.
Suatu lembaga pendidikan dituntut untuk melakukan hal-hal pokok yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dalam hal ini suatu lembaga pendidikan dituntut untuk menghasilkan keluaran yang memenuhi harapan dan keinginan banyak pihak antara lain pemerintah, masyarakat, orang tua, siswa, bahkan para guru dan karyawan.
Dan letak SMP 2 kediri juga terbilang sangat strategis yang terletak dipusat pendidikan yang mana didepan SMP terdapat sekolah-sekolah lain dan tempatNya yang mudah dijangkau oleh siswa tanpa harus memakai kendaraan.
B.     Deskripsi data
Data penelitian tentang penggunaan metode karya wisata dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP 2 kediri, penulis dapatkan melalui angket yang diberikan kepada sampel yaitu siswa kelas VII SMP 2 kediri yang berjumlah duapuluh responden. Selain itu penulis juga memperoleh data melalui wawancara studi dokumentasi. Wawancara penulis lakukan kepada Guru untuk mendapatkan data mengenai upaya-upaya yang dilakukan guru dalam menggunakan metode karya wisata di SMP 2 kediri
Sedangkan studi dokumentasi penulis lakukan untuk memperoleh data mengenai gambaran umum SMP 2 kediri. Sedangkan untuk data variabel X (Penggunaan Metode Karya Wisata) peneliti menggunakan jawaban hasil angket yang telah disebarkan kepada siswa kelas VII seperti pada tabel berikut:
Tabel
Skor Variabel Penggunaan Metode Karya Wisata (X)

No
Nama responden
Minat (X)
Kls
1
Hasnadi
30
VII
2
Tomi
45
VII
3
Eka riswati
44
VII
4
Dewi agustini
67
VII
5
M .said
56
VII
6
Zulfikar
45
VII
7
Muhammad zuhad
36
VII
8
Nadia ulfa
56
VII
9
Husen
43
VII
10
Hunaipi
45
VII
11
Agus satrio
40
VII
12
Riky kardo
33
VII
13
Rosan
43
VII
14
Ida
36
VII
15
Yeni
32
VII
TOTAL

651


Untuk mengetahui nilai rata-rata skor tentang Penggunaan Metode Karya Wisata berdasarkan angket, yaitu dengan menggunakan rumus:

                                          Keterangan  :  Mx = mean
                                                                  x = jumlah variabel
                                                                  N = number of cases
                               = 43.4

Sedangkan untuk data Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa ) peneliti menggunakan jawaban hasil angket yang telah disebarkan kepada siswa kelas VII seperti pada tabel  berikut:

Tabel
Skor Variabel Motivasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Agama Islam (Y)

No
Nama responden
Minat (X)
Kls
1
Hasnadi
48
VII
2
Tomi
50
VII
3
Eka riswati
50
VII
4
Dewi agustini
67
VII
5
M .said
67
VII
6
Zulfikar
45
VII
7
Muhammad zuhad
57
VII
8
Nadia ulfa
56
VII
9
Husen
43
VII
10
Hunaipi
45
VII
11
Agus satrio
49
VII
12
Riky kardo
42
VII
13
Rosan
43
VII
14
Ida
39
VII
15
Yeni
41
VII
TOTAL

742


Untuk mengetahui nilai rata-rata skor Motivasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Agama Islam, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

                                          Keterangan  :  Mx = mean
                                                                  x = jumlah variabel
                                                                  N = number of cases
                               = 49.46

Adapun hasil melalui prosentase, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
                                                Keterangan  :  P = Angka persen ( persentase )
                                                                        F = frekwensi jawaban
                                                                        N = Banyaknya responden

C.    Analisis data
Data statistik yang akan dianalisa adalah skor-skor dari penyebaran angket siswa yang ditemukan di lapangan, kemudian data tersebut diolah dalam bentuk tabel-tabel prosentase yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a.       Penggunaan metode karya wisata 
Tabel
Guru menggunakan study tour dalam pengajaran

Alternatif jawaban
frekwensi
keterangan
A
Selalu
3
20%
B
Sering
2
13%
C
Kadang-kadang
4
27%
D
Tidak pernah
6
40%

Jumlah total
15
100%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar guru yaitu sebanyak 67% di SMP 2 kediri tidak pernah menggunakan media study tour dalam pengajaran, dan hanya 33% yang menggunakan metode study tour.
Tabel
Keuntungan dari study tour yang dilaksanakan oleh sekolah


Alternatif jawaban
frekwensi
keterangan
A
Selalu
6
40%
B
Sering
2
13%
C
Kadang-kadang
5
34%
D
Tidak pernah
2
13%

Jumlah total
15
100%

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar siswa sebanyak 74% mendapat keuntungan dari metode study tour, dan selebihnya 26% hanya menjawab kadang-kadang mendapat keuntungan metode ini.

Tabel
Pembelajaran dengan study tour membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar materi pembelajaran

Alternatif jawaban
frekwensi
keterangan
A
Selalu
5
34%
B
Sering
2
13%
C
Kadang-kadang
2
13%
D
Tidak pernah
6
40%

Jumlah total
15
100%

Berasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak merasa lebih termotivasi dengan metode study tour yaitu sebanyak 74%, dan hanya sebanyak 26% yang merasa lebih termotivasi.
Tabel
Dengan study tour dapat menambah kreatifitas siswa dalam belajar

Alternatif jawaban
frekwensi
keterangan
A
Selalu
8
53%
B
Sering
2
13%
C
Kadang-kadang
1
7%
D
Tidak pernah
4
27%

Jumlah total
15
100%

Berdasarkan tabel di atas bahwa dengan study tour dapat menambah kreatiftas siswa. Hal ini ditunjukkan 80% siswa menjawab selalu dan hanya 20% yang menjawab kadang-kadang.
Tabel
Pembelajaran dengan metodologi study tour yang digunakan guru dapat memperluas pengetahuan siswa

Alternatif jawaban
frekwensi
keterangan
A
Selalu
4
27%
B
Sering
3
20%
C
Kadang-kadang
6
40%
D
Tidak pernah
2
13%

Jumlah total
15
100%

Tabel di atas menunjukkan metode study tour tidak terlalu banyak membantu memperluas pengetahuan siswa, yaitu 67%. dan sebagian lainnya merasa terbantu, yaitu sebanyak 33%.










BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis di SMP 2 keduru yang mengkaji tentang . “IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KARYA WISATA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA” dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.         Motivasi siswa belajar tidak ditentukan oleh vaiabel penggunaan metode karya wisaya.
2.         Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa penggunaan metode karya wisata dalam tingkat atau kategori cukup, dan akan lebih mewujudkan hasil yang optimal apabila penggunaannya sangat variatif sehingga diharapkan dapat memberikan motivasi lebih bagi siswa untuk belajar.
B.     Saran
1.      Guru sebagai pendidik hendaknya meguasai materi yang diajarkannya dan mampu meningkatkan cara pembelajarannya dengan metode yang lebih variatif. Dalam hal ini guru diharapkan lebih intensif menggunakan metode karya wisata sebagai salah salah satu metode pembelajaran.
2.       Metode karya wisata juga hendaknya dimaknai sebagai metode pembelajaran yang efektif dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini guru hendaknya bisa memanfaatkan lingkungan sekolah atau tempat-tempat lain yang represantatif sebagai tempat atau sumber belajar.


[1] (Syah, 2006)
[2] Suhardjono (2004:85)
[3] Suhardjono (2004:85)
[4] Djamah ( 2002:105)
[5] Mulyasa (2005:112)
[6] Mulyasa (2005:112)
[7] (onang Uchjana Effendy, 1993:69-70)
[8] Depdiknas (2003)
[9]  (Sutrisno Hadi, 1984: 70).
[10] (Arikunto,2003: 112).
[11]  (Arikunto,1992: 106).
[12] Anas sudjiono , pengantar statistik pendidikan, (jakarta : raja grafindo persada,1977) , cetakan VIII, hal, 33
[13]  (Arikunto, 2002: 204).